Mengapa HRD dianggap sebagai Public Enemy
Mengapa HRD dibenci ? mengapa HRD dianggap sebagai public enemy ? mengapa?? tweng tweng ...??
Rekan HRD di seluruh Indonesia, masih
saja ada pandangan negatif tentang HRD, ini tahun 2015 guys, tahun
dimana era teknologi dan informasi yang berkembang sangat pesat, era
dimana dengan mudahnya kita mendapatkan informasi, sangat berbeda dengan
era 30 tahun yang lalu, 40 tahun yang lalu, 50 tahun yang lalu. Lalu
apa hubungannya dengan topik diatas? ya, kalau dihubung-hubungkan masih
tetap ada hubungannya siih .. wkwkwk
Coba googling, apa itu HRD, apa tugas
HRD, apa peran HRD, apa manfaat HRD ada di dalam perusahaan, dan
informasi penting lainnya terkait HRD. Jika kita mempunyai waktu untuk
itu semua, lalu membaca dan mempelajarinya, diharapkan setelah membaca
dan mempelajarinya akan lebih memahami apa fungsi, peran, manfaat HRD
ada di dalam perusahaan. Setidaknya setelah memahaminya, maka perasaan
‘tidak suka’ terhadap HRD dapat diminimalkan.
Ingat sesungguhnya, semua manager adalah HRD Manager di departemennya, semua supervisor adalah HRD Supervisor di departemennya.
Baik, sekarang coba kita simak diskusi
yang sedang berlangsung di milis Diskusi-
Pertanyaan :
Dear rekan-rekan
Mohon pencerahannya bagaimana cara
merubah image HRD
yang kurang baik dimata karyawan dimana HRD diibaratkan seperti orang atau bagian yang selalu mencari kesalahan karyawan, dan bagaimana practikalnya di lapangan untuk menciptakan suasana harmonis dalam lingkungan perusahaan, terima kasih.
yang kurang baik dimata karyawan dimana HRD diibaratkan seperti orang atau bagian yang selalu mencari kesalahan karyawan, dan bagaimana practikalnya di lapangan untuk menciptakan suasana harmonis dalam lingkungan perusahaan, terima kasih.
Irfan
Tanggapan 1
Dear Pak Irfan,
Urun rembug ya pak,
ada beberapa transformasi yg mungkin bisa dilakukan oleh HRD :
ada beberapa transformasi yg mungkin bisa dilakukan oleh HRD :
Be Polite (Ramah)
- HRD sebagai employee champion karyawan menerima keluhan dan saran dari masing-masing karyawan.
- HRD sebagai champion dari perusahaan untuk mengedukasi karyawan pentingnya kejujuran, kedisiplinan, dan rasa memiliki perusahaan. Caranya : buat angket/ internal survey, buat event kebersamaan, buat learning activity/ training, dan internalisasi nilai-nilai perusahaan.
- Dari perusahaan harus bisa melakukan break down visi misi dan values.
Be Policies Maker (Kebijakan)
- Setelah karyawan sudah dalam satu visi, maka perlu dilakukan pembuatan peraturan-peraturan, SOP dan kebijakan-kebijakan perusahaan.
- Bila ada perwakilan karyawan bisa diikutsertakan.
- Jangan lupa terapkan sanksi dan konsekuensi yang disepakati bersama
Be Police (Polisi)
Ketika karyawan sudah saling paham dan align (sejalan) maka perlu dilakukan:
Ketika karyawan sudah saling paham dan align (sejalan) maka perlu dilakukan:
- Menegakkan aturan
- Audit berkala untuk check
Demikian pak,
Terima kasih,
Noppan
Tanggapan 2
Yang Saya lakukan untuk itu:
- Sering membaur ke tempat-tempat mereka bekerja, baik dalam jam kerja maupun di luar jam kerja.
- Buka pintu kamar kerja, dan terbuka hingga lewat jam tutup kantor untuk menerima mereka yang mau diskusi dinas maupun pribadi
- Tetap tegas dalam keputusan
Salam
Frans
Tanggapan 3
Jika baru masuk di perusahaan baru dan
lingkungannya tidak welcome atau menjudge kita sebagai HRD dengan cara
sindiran, kita ramah atau tegur dan senyum di cuekin, ketika pulang
kendaraan yang kita pakai sengaja ketahan oleh si karyawan, ketika makan
siang beberapa karyawan dobrak pintu ruangan makan, nah itu bagaimana
kita menanggapi nya?
Makasih
Ani Maryuni
Tanggapan 4
Dear pak frans
Terima kasih atas masukanya, apabila
kasusnya ketika kita membaur biasanya ujung-ujungnya kawan-kawan baru
kita ini curhat mengenai gajinya, UMP dan masa kerjanya yang tidak
sesuai menurut mereka, selanjutnya apa yang harus kita lakukan sebagai
HRD, terima kasih
Irfan
Tanggapan 5
Halo Pak Irfan dan rekan-rekan,
Saya ikut berbagi pengalaman ya, karena memang sepertinya dimana-mana yang namanya HRD itu jadi semacam “public enemy” bagi karyawan dari bagian lain, karena yang namanya HRD itu lekat dengan yang namanya penegakan aturan terutama aturan perusahaan. Posisi semakin sulit apabila dari awal image HRD sudah “buruk” karena ketidakprofesionalan pendahulu kita. Kalau hal tersebut terjadi, ini yang saya lakukan:
Saya ikut berbagi pengalaman ya, karena memang sepertinya dimana-mana yang namanya HRD itu jadi semacam “public enemy” bagi karyawan dari bagian lain, karena yang namanya HRD itu lekat dengan yang namanya penegakan aturan terutama aturan perusahaan. Posisi semakin sulit apabila dari awal image HRD sudah “buruk” karena ketidakprofesionalan pendahulu kita. Kalau hal tersebut terjadi, ini yang saya lakukan:
- Jika sudah ditemukan pangkal masalahnya, maka bisa direncanakan langkah-langkah untuk memperbaikinya. Misal:
- Analisis dulu mengapa sampai terbentuk image HRD seperti itu. apakah karena selama ini staf di HRD terkesan sombong, menjaga jarak, dan tidak ramah atau justru karena prosedur birokrasi yang terkesan berbelit-belit, atau perbedaan penerapan aturan perusahaan?
- Kalau masalahnya image staf HRD yang sombong, maka mulai bisa diubah dengan coba lebih sering berbaur, misal saat makan siang, atau selalu tersenyum dan tidak segan menyapa terlebih dahulu. Intinya bersikap lebih “open” tetapi masih ada dalam batas-batas profesional.
- Kalau misalnya birokrasi berbelit-belit, coba sederhanakan dan permudah para karyawan untuk mengurus hal2 yg berkaitan dengan HRD. Permudah itu bisa dengan cara penyusunan SOP atau memberbaiki SOP yang sudah ada serta penyeragaman pelaksanaan SOP. Begitu juga dengan penerapan aturan perusahaan, coba dilaksanakan seragam untuk semua staf dengan tetap mencoba fleksibel dalam cara pendekatan ke masing-masing karyawan.
- Sebagai HRD, kita memang dituntut harus pintar bermain tarik-ulur. Jangan terlalu terkesan mengekang, tapi juga jangan terlalu longgar. Kenali karakteristik perusahaan dan karyawannya terlebih dahulu. Memang agak sulit, tapi dengan pengalaman yang semakin bertambah pastilah akan tambah jago. Strategi bisa diserahkan pada masing-masing rekan.
- Kalau di saya, ada rapat bulanan yang mempertemukan antara perwakilan semua bagian di perusahaan, termasuk dengan HRD. Di pertemuan tersebut dibahas semua yang terjadi setiap bulannya, termasuk jika ada permasalahan yang berhubungan dengan HRD. Di sana, permasalahan akan langsung selesai secara transparan sehingga dapat meminimalir kemungkinan timbulnya salah paham akibat informasi yang tidak jelas. Di rapat tersebut juga, HRD bisa menyampaikan informasi-informasi penting terkait dengan kekaryawanan.
- Jika semua hal tersebut tidak mempan dan sudah mengarah ke tindakan bullying/kriminal, maka sudah saatnya hal tersebut didiskusikan secara serius dengan direksi dan manajemen.
Demikian Pak, hal-hal yang saya lakukan.
Satu yang pasti : Perubahan tidak akan bisa instan, perlu waktu. Tapi
selama kita komitmen dan konsisten unutk mengubah image menjadi lebih
positif, hasil pasti akan mengikuti.
Mudah2an dapat membantu.
Niendya Thiaraswari
Tanggapan 6
Pak Irfan,
Itu bisa dijawab “nanti kita presentasi
tentang gaji, ada dimana perbedaannya”. Bukankah keluhan-keluhan
tersebut yang kita cari, kita dengar dan jelaskan.
Salam
Frans
Tanggapan 7
Dear bu Nidya dan rekan-rekan
Terima kasih telah sharing pengalamanya,
mungkin rekan-rekan yang lain ada lagi yang bersedia sharing
pengalamanya sehubungan keharmonisan lingkungan kerja, atau solusi cara
menciptakan suasana kerja yang harmonis.
Terima kasih.
Irfan
Tanggapan 8
Sahabat sekalian,
Salah satu tugas HRD adalah menjadi agen
stratejik perusahaan untuk mencapai kinerja. Nah, yang terjadi
berdasarkan cerita Bu Ani di atas adalah ‘gumpalan penyakit organisasi’.
Penyakit ini harus diobati dengan memberikan Pelatihan Perilaku Organisasi secara berkelanjutan dengan coaching, counseling, dan mentoring. Berikan reward dan punishment.
Yang terpenting adalah menjadi pribadi HR yang kuat.
Penyakit ini harus diobati dengan memberikan Pelatihan Perilaku Organisasi secara berkelanjutan dengan coaching, counseling, dan mentoring. Berikan reward dan punishment.
Yang terpenting adalah menjadi pribadi HR yang kuat.
Moga bermanfaat
Salam
Rony
Tanggapan 9
Numpang ide,
Dari kondisi organisasi yang diceritakan memang terlihat “hot” hubungan HR-nya dgn fungsi lain.
Mungkin yang bisa kita lakukan :
Mungkin yang bisa kita lakukan :
- Cari akar masalah kenapa karyawan sebegitu ga respeknya terhadap HR – dekati orang yang sudah senior disitu namun masih bisa diajak ngobrol
- Cari waktu dengan manajemen – utarakan permasalahan dan solusi melalui program kebersamaan. Gathering/ outbond/ lomba dsb
- Jalankan survey kepuasan karyawan terhadap organisasi dan kebijakannya
Mungkin tidak mudah, namun patut dicoba
dan diusahakan karena di organisasi seperti itu kapabilitas kita sebagai
HR akan sangat teruji bila bisa melewatinya. As a business partner.
Semoga membantu dan menambah wawasan bagi kita semua.
0 komentar:
Posting Komentar